Selasa, 15 Desember 2015

Agama Dalam Kehidupan Manusia

AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Pengantar Antropologi Agama



RESUME
BUKU KARANGAN BUSTANUDDIN AGUS


Judul : AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA Pengantar Antropologi Agama
Penulis : Prof. Bustanuddin Agus,
Tahun: 2006
Tempat: Jakarta
Penerbit : Raja Grafindo Persada.





OLEH
MASRIL




PENGANTAR[1]

Fenomena beragama dalam kehidupan manusia adalah fenomena yang universal, unik, dan masih penuh misteri, sekalipun hanya percaya kepada hal yang gaib, sakral, atau melakukan ritual, Mengalami kehidupan transendental[2]. Ekpresi relegius telah ada dikalangan masyarakat primitif maupun modern. dalam masyarakat primitif, kehidupan agama merupakan sistem sosial budaya; sedangkan dalam masyarakat modern, kehidupan agama hanyalah salah satu aspek saja dari kehidupan sehari-hari. Sungguhpun demikian, tidak ada aspek kebudyaan lain selain  agama yang pengaruh dan implikasinya sangat luas terhadap kehidupan manusia. Tidak mengherankan kalau dikatakan agama mewarnai dan membentuk suatu budaya.
Antropologi mempelajarai manusia dan budayaanya. Antropologi bertujuan memahami objek yang dikaji secara totalitas, dari masa lalu yang lebih awal dari kehidupan manusia sampai sekarang, memahami manusia sebagai eksistensi biologis dan kultural. Antropologi mencoba menyikap asal-usul, perkembangan, perubahan, saling hubungan, fungsi dan arti dari fenomena manusia. Dengan demikian, budaya dipandang sebagai kata kunci untuk memahami perilaku manusia. Oleh karena itu, kajian antropologi terhadap agama juga harus bersifat universal, empirik, perbandaingan dan objektif (universality, empiricism, comparison, objectivity). (Malefijt 1963:1-4, Beals, Hoijer dan beals 1977:1-22, Koentjaraninggrat 2000:1-48).
Manusia dan masyarakat tidak bisa hidup hanya mengandalkan fisik dan otaknya saja tapi keyakinan dan rohani perlu mendapatkan tempat yang baik. Penulis buku menawarkan kepada pembaca bahwa Buku ini melakukan pendekatan “Antropologi relegius” yakni mengkaji Fenomena budaya yang sejalan dengan Agama itu sendiri bukan “Antrophology of  Religion” yang banyak dilakukan para peneliti Budaya yakni memahami fenomena Budaya itu dari sisi yang bertentangan dengan agama.

A.     Defenisi Agama
Dalam hal ini Defenisi dan Teori berbeda satu sama lain. Defenisi hanya menjelaskan sesuatu yang didefenisikan tanpa mengkaitkan dengan yang lain sedangkan teori adalah menjelaskan hubungan sebab akibat, pengaruh mempengaruhi atau  hubungan antar variabel terkait (dependen) dengan variabel bebas (independen) dibawah ini akan dijelaskan defenisi dari Agama.

Defenisi Agama menurut Para Ahli.

1.   Edwar Burnet Tylor (1832-1917)
Tylor adalah orang Inggris yang ahli Folklor, sastra dan peradaban yunani dan romawi klasik. Pendapatnya mengenai agama adalah sebagai kepercayaan kepada adanya ruh gaib yang berpikir, bertindak dan merasakan sama dengan manusia.
2.   Lucien Levy-Bruhl (1857-1945)
Levy-Bruhl ahli sejarah dan filsafat dari Prancis berpendapat bahwa agama adalah pandangan dan jalan hidup primitif. Agama, sebagaimana halnya magi, tidak logis dan tidak rasional. Sehingga agama tidak akan pernah mampu mengantarkan kehidupan kepada kemajuan.
3.   James George Frazer (1854-1941)
George Frazer pengagum sekaligus murid Tylor berasal dari Skotlandia. Perpendapat bahwa agama adalah ketergantungan atau kepercayaan kepada kekuatan Supernatural.
4.   Radcliffe-Brown (18881-1955)
 Agama adalah ekspresi dalam satu atau lain bentuk tentang kesadaran terhadap ketergantungan kepada suatu kekuatan di luar diri kita yang dapat dinamakan dengan kekuatan spiritual atau moral.
5.   Mircea Eliade (1907-1986)
Agama adalah sesuatu yang Independen dan otonomi, tidak bisa dipengaruhi oleh bidang apapun sekalipun itu ada hubungannya dengan kepercayaa.
6.   Edwar E.E. Evan-Pritchard (1902-1972)
Ahli Antropologi kebangsaan Inggris dan seorang anak pendeta dia perpendapat agama adalah suatu pandangan hidup yang dijalani oleh setiap orang yang bersifat mistis atau ruh sehingga seseorang bisa selamat didunia dan akhirat.
7.   Clifford Geertz (Lahir 1926)
Ahli Antropologi kebangsaan Amerika yang banyak mengetahui tentang  Islam di Indonesia. Geertz mendukung pendekatan fenomenologis[3] dalam mengkaji agama dan kebudayaan. Ia mendefenisikan Agama adalah sesuatu yang mendatangkan suasana hati yang mantap dan motivasi yang kuat serta bertahan lama untuk mencapai tujuan hidupnya.

BAgama dan Tantangan Kehidupan
Manusia hidup dihadapkan kepada tantangan dan bahaya. Tantangan dan bahaya itu bisa datang dari alam sekitar dan dapat pula datang dari manusia lain. Tantangan dari alam sekitar seperti musim dingin dan musim panas, binatang buas, hama tanaman, topan dan badai, kekeringan, banjir, gempa bumi, tanah longsor dan lain sebagainya. Tantangan dari manusia lain, seperti perebutan kekayaan sumber daya alam yang terbatas, ancaman dan intimidasi, fitnah, iri hati dari oarang lain sampai pembunuhan dan peperangan serta penyakit. Pada masyarakat primitif secara umum kematian dan dan penyakit adalah sebagai tantangan kehidupan yang dianggap paling besar. Disisi lain bagi masyarakat modern tantangan paling besar itu adalah kecelakaan karena pamakaian alat-alat indutri dan beberpa bencana alam. Bertikut ini akan di jelaskan dengan baik bagaimana kiat-kiat yang diajarkan oleh agama dalam menghadapi kegagalan, meghadapi penyakit, menghadapi bencana alam, menghadapai kematian dan menghadapi tindakan kejahatan.

         1Agama dan Kegagalan
Untuk mengawali pembahasan ini mari kita memahami terlebih dahulu bagaimana yang dimaksud dengan kegagalan. Istilah kegagalan dipakaikan kepada tidak tercapainya apa yang ingin dicapai oleh seseorang atau sekelompok manusia.
Masyarakat primitif dan masyarakat beragama tidak mengantungkan nasibnya kepada usaha dan kekuatanya sendiri semata. Ada kekuatan lain diluar diri dan alam semesta ini yang berkuasa dan menentukan.
Dalam kepercayaan agama keharingan suku dayak ada kekuatan gaib yang dinamakan Raja sial yang mendatangkan kesialan dan raja Hantuen yang merupakan sumber kerusuhan yang menggangu dan merusak manusia. Untuk mengatasinya maka harus ditingkatkan penyembahan dan sesajen. Lain halnya dengan agama Hindu dalam mengatasi kegagalan terutama mengenai kegagalan yang disebabkan oleh manusia karena ada hukum karma pala. Cepat atau lambat yang berbuat jahat akan mendapatkan balasanya.bahkan sampai matipun mereka akan mesarakan bentuk dari reinkarnasi yang lebih hina.
Dalam agama suku nuer di Sudan untuk mengatasi kegagalan dengan cara memperkuat ilmu sihir karena dengan kuatnya ilmu sihir maka kegagalan tidak akan bisa datang pada diri kita dan keluarga.
Kemudain dalam Islam kegagalan dipahami dengan dua sisi. Pertama: kegagalan dianggap sebagai kemarahan dan teguran tuhan. Kedua: diyakini sebagai cobaan dari tuhan untuk mrnguji tingkat keiman sesorang. Namun, tidak cukup sampai disitu karena didalam Agama Islam ada banyak Mazhab atau sekte maka dalam hal ini berbeda pula pandangan mereka terhadap kegagalan tersebut. Seperti paham Jabariah. Mengajarkan bahwa apapun yang terjadi pada manusia adalah takdir dan ketentuan tuhan belaka. Sebaliknya, Qadariah memberikan pemahaman bahwa segala kegagalan adalah konsekuensi dari kepatuhan mereka terhadap sunnatullah yakni hukum alam dan hukum kehidupan. Aliran salafi percaya sepenuhnya kepada apa yang terjadi adalah ketentuan dari Allah tetapi manusia harus berusaha dengan maksimal.    
                                                                                                                                                                                                                  2.  Agama dan Penyakit
Penyakit adalah penderitaan yang hampir dialami oleh semua manusia. Ada penyakit yang diderita dalam waktu panjang adapula dalam waktu singkat. Pendekatan ilmiah mengenai penyakit dilakukan dengan menggaju kepada kamajuan teknologi kedokteran dan ilmu pengetahuan, diagnosa penyakit, operasi dan alat-alat pengobatan.
Budaya Primitif memahami penyakit yang diderita karena pengaruh ruh jahat karena kemurkaan ruh atau kemurkaan dewa tertentu. Oleh karena itu perlua ada pemangkalnya yakni dukun (orang pintar/shaman) atau memberikan tumbal atau sesajean yang taklupa pula dengan diiringi jampi-jampi. Penyakit yang disebabkan karena gangguan ruh adakalnya karena: Pertama. Disebabkan perilaku. sahalat sipelaku sendiri seperti memasuki tempat terlarang. Kedua. Disebabkan karena orang lain yang tidak senang kepadanya kemudian orang tersebut mengunakan ilmu magi untuk menyihir orang tersebut. Ketiga: Serangan dari ruh jahat itu sendiri.
Dalam ajaran islam mengajarkan kiat menghadapi penyakit degan kepercayaan Allah sebagai yang menyembuhkan sehingga perlu berdoa dan yakin kepada bantuan-Nya. Melaksanakan shalat dalam waktu yang telah ditentukan. Puasa dan ibadah lainnya juga berpengaruh dalam menigkatkan kesehatan. Shalat Tahajjud juga dapat meningkatatkan ketahanan tubuh ini dapat dibuktikan oleh penelitian ilmiah[4]. Dan juga dapat meningkatkan Induvidu dalam menanggulangi masalah yang dihadapi. Perspektif ahli Atropologi berpandangan keseluruhan ajaran dan sistem budaya beliau berpengaruh positif dalam menunjang kesehatan.

      3. Agama dan Bahaya
Bahaya dan musibah bisa saja datang secara tiba-tiba, kebakaran, banjir, tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus, tabrakan mobil, jatuh pesawat dan lain sebagainya.
Agama dan budaya primitif tetap menghubungkan semua bahaya dan musibah yang dialami manusia dengan kekuasaan supranatural. Ajaran dalam gama Hindu menjarkan adanya dewa perusak dalam tiga dewa utama, yaitu dewa Syiwa. Dalam agama Budha bencana alam adalah hal yang biasa dan akibat dari kerakusan manusia dan keegoisan manusia karena alam juga selalu berubah (dhukkha) atau tidak kekal juga berlakunya hukum sebab akibat. Dengan adanya musibah dan bahaya ini maka diharapkan umatnya mampun membersihkan jiwa (Atman).
Dalam bangsa Iran sebelum Islam, Zoroaster, percaya kedalam dualisme tuhan baik dan tuhan jahat atau tuhan cahaya dan tuhan kegelapan. Pandangan Kong Hu Chu bahwa alam dibangun atas moral. jika moral masyarakat telah rusak akan muncul pula kerusakan dalam tatanan alam maka datanglah bahaya dan musibah yang tidak disangka-sangka sebelumnya. Kemudian agama pada suku Neur di Afrika memahami musibah yang besar sampai pada kematian yang menimpa mereka bahwa tuhan Kwoth Nhial mengambil kembali miliknya.
Dalam islam dengan didasari iman kepada Allah bahwa segala sesuatu apapun yang terjadi ada hikmahnya karena semua yang terjadi harus sesuai dengan Izin Allah dan sesuai dengan ketentuanya. Secara luas Adapula yang memaknainya sebagai peringatan tuhan dan hukum-Nya terhadap dosa dan kedurhakaan yang dilakukan umat seperti diungkapkan dalam kisah Nabi Nuh, Luth dan nabi musa dengan kaumnya yang terdapat didalam al-Qur’an. Bagi orang yang beriman masa depan ditatap dengan penuh optimis karena Allah Mahatahu dengan tekad dan perjuangan hamba-Nya dan Dia Mahaadil yang membantu hambanya yang sunguh-sunguh. Karena kalau ajal datang, tidak dapat dimajukan dan dimundurkan sedetik pun.

     4.  Agama dan Kematian
Kematian pasti akan dialami oleh semua makhluk hidup. Setiap agama memberikan ajaran bagaimana memahami kematian dan menghadapinya.
Bangsa Primitif memahami kematian juga berbeda satu sama lain. Mereka melakukan semacam ritual dalam rangka kematian. Mereka mengkaitkan kematian dengan pembalasan kehidupan di dunia atau kehidupan sebelumnya. kecendrunganya terdapat dua hal mengenai kematian ini bagi bangsa primitif yaitu: Pertama: ruh orang yang telah meninggal betul-betul meniggalkan masyarakat tempat dia hidup selama ini. Kedua: Kepercayaan bahwa ruh orang yang meninggal tetap aktif dalam kehidupan karib kerabat dan masyarakat selama ini dimana dia tinggal.
Dalam agama Hindu memahami kematian adalah proses yang di lalui oleh ruh manusia dalam perjalanan reinkarnasinya. Setelah mati dia akan bereinkarnasi sesuai dengan apa yang dilakukan selama didunia, jika baik yang dia lakukan dunia maka dia akan diciptakan dengan bentuk dan dimensi yang lebih baik dan berlaku pula sebalikya, maka dia akan dihidupkan kembali dengan bentuk yang lebih hina dari sebelumya. Akhirnya jasad si mayat akar dibakar dan abunya dilemparkan kedalam laut untuk memulai reinkarnasi hingga kehidupan abadi.
Agama samawi mengajarkan manusia bahwa mati adalah ketika ruh dan jasadnya sesorang telah berpisah. Orang yang mati tidak dapat kembali kekehidupan dunia. Kematian adalah salah satu dari lima alam yang harus dilewati oleh manusia dengan Surga dan neraga menunggu manusia sebagai balasan atas segala perbuatan yang dia lakukan didunia walaupun memanng ini kan terjadi setelah datang nya hari kiamat.
Peringatan (Haul) kematian dalam jangka waktu tertentu, seperti tujuh hari, empat puluh hari dan seratus hari dari kematian adalah berhubungan dengan penataan masyarakat dalam ekonomi.
Lain halnya dengan pandangan kalangan wahabi mengenai kematian di Arab Saudi. Segala bangunan dan upacara berlebihan terhadap mayat, walaupun mayat pemimpin, mereka berantas dengan keras. Kuburan para sahabat nabi di Mekkah dan Madinah tidak ada yang dibagun. Batu nisanya tidak tertulis tentang siapa yang dimakamkan di setiap kuburan.

     5.  Agama dan Tindak Kriminal
Kriminalitas menurut bahasa adalah sama dengan kejahatan (pelanggaran yang dapat dihukum) yaitu perkara kejahatan yang dapat dihukum menurut Undang-Undang. Sedangkan pengertian kriminalitas menurut istilah diartikan sebagai suatu kejahatan yang tergolong dalam pelanggaran hukum positif (hukum yang berlaku dalam suatu negara)[5].
Kejahatan selalu dihadapi oleh manusia baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. di Indonesia sendiri kejahatan korupsi termasuk tinggi di dunia.
Marxisme dan Thomas Hobbes memandang manusia punya pembawaan jahat. Supaya pembawaan jahat itu tidak  membahayakan orang lain maka negara harus mengatur tindakan dan kreativitas manusia.
Agama primitif mangajarkan berbagai taboo[6] dan aturan yang harus dipatuhi dalam kehidupan sehari-hari . pelanggaran terhadap hal taboo ini dikaitkan dengan kehendak dan sanksi supranatural. Maka dengan aliran kebatinan dan budi luhur serta moral sebagai peangkalnya.
Agama Kong Hu Chu dan agama Budha lebih merupakan kumpulan ajaran moral dari pada ajaran kepada tuhan. Dalam Agama Hindu mengajarkan norma moral dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan mengkaitkan pelanggaranya dengan sanksi Karma Pala dan Reinkarnasi.
Agama samawi seperti Yahudi lebih menonjolkan aspek moral dan hukumnya dari pada aspek spiritual. Agama Kristen sebaliknya lebih menonjolkan aspek spiritualnya dalam menanamkan nilai moral. sedangkan Agama islam secara komplek mengajarkan akhlak terhadap diri sendiri, terhadap orang lain terhadap Flora dan Fauna serta akhlak terhadap Allah dan Rasul-Nya. Aspek akhlak dalam islam di kongkretkan menjadi Hukum seperti Hukum Jinayah. Sehingga pelanggarnya tidak hanya terdapat dosa dan masuk neraka di akhirat nanti tapi didunia juga akan dihukum dengan hukum islam yang sesuai dengan al-Qur’an dan Hadist.



PENUTUP

      Secara Rasional Bahaya, ancaman, kegagalan, kematian dan lain sebagainya  adalah sesuatu yang akan terjadi dalam kehidupan manusia. Walaupun memang banyak hal yang terjadi dalam dunia ini masih misteri penyebabnya tapi ini adalah mengenai keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh manusia dalam menyikap tabir dari kejadi tersebut. Seperti ilmu pengetahuan ilmiah itu sangat dekat dengan hukum  relatif karena bisa jadi saat ini itu benar tapi dimasa yang akan datang itu salah. Hanya Allah yang mutlak.
Dalam Islam ketika usaha sudah maksimal dilakukan, seorang muslim akan memiliki ketahanan yang kuat atas apa yang akan terjadi setelahnya karena hanya ada satu yang mutlak menentukan apapun yang akan terjadi di dunia ini yaitu Allah swt. Kedudukan atau jabatan dimaknai sebagai cobaan yang diberikan oleh Allah sehingga mejadikanya lebih hati-hati sehingga tidak menyebabkannya sombong dengan trus manatap masa depan penuh dengan optimisme.
Adapun ajaran agama yang melemparkan tanggung jawab kepada orang alain atau ruh atau makhluk halus walaupun memang berfungsi untuk menanggulangi stres tapi tidak lah mamapu untuk mendorong jalannya roda pembangunan dengan segenap aspeknya.
Selain persoalan bagaimana memahami bahaya, kegagalan dan kematian, masalah lian yakni bagaimana menekan tingkat kejahatan juga sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Kriminalitas adalah ancaman yang mengorbankan anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kekuatan moral dan hukum harus ditunjang dengan pendekatan keyakinan kepada tuhan dan aspek spiritualias.







[1]Penulis buku AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA Pengantar Antropologi Agama adalah Bustanuddin Agus, bukunya Diterbitkan pada tahun 2006 di Jakarta oleh PT: Raja Grafindo Persada. Penulis Buku ini Adalah Guru besar dalam bidang Sosiologi agama Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Andalas Padang.   
[2]Transendental secara harafiah dapat diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan transenden atau sesuatu yang melampaui pemahaman terhadap pengalaman biasa dan penjelasan ilmiah. Hal-hal yang transenden bertentangan dengan dunia material. Dalam pengertian tersebut, filsafat transendental dapat disamakan dengan metafisika. Bahkan Immanuel Kant menggunakan kata transendental ketika menyebut transendental aplikasi prinsip dasar dari pemahaman murni yang melampaui atau mengatasi batas-batas pengalaman.  Dalam skolatisme, transendental bersifat superkategoris.  Dikatakan seperti itu karena cakupan hal transendental lebih luas daripada kategori-kategori tradisional dari filsafat skolastik yaitu forma atau bentuk dan materi, aksi, potensi, dsb.Hal-hal transendental mengungkapkan ciri universal dan adiinderawi dari yang ada. Tanda-tanda tersebut ditangkap melalui intuisi yang mendahului pengalaman apapun. Dalam filsafat neo-skolastik, transendenmenunjukkan eksistensi yang mengatasi kegiatan berpikir, kesadaran, dan dunia. Sedangkan kata transendental menunjuk konsep yang karena sifatnya universal melampaui kategori-kategori atau tidak dapat diperas ke dalam satu kategori saja.  Konsep eksiten itu sendiri dan konsep mengenai atribut hakiki yang termasuk eksisten disebut sebagai transendental.  (Pe-resume).
[3]Suatu pendekatan yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap suatu permasalahan dengan melihat pada permasalahan-permasalahan yang muncul pada saat itu dengan tidak melihat substansi dari suatu permasalah yang sedang berlangsung.
[4] Hasil penelitian Muhammad Sholeh yang berjudul “penggaruh shalat Tahajjud terhadap peningkatan perubahan response ketahanan tubuh imunologik: suatu pendekatan Psiko-neuro Imunologi” pada tahun 2001 yang diterbitkan oleh pustaka pelajar di Yogyakarta.
[5] Dalam hal ini karena tidak terdapat pengertian kriminal secara rinci dalam buku maka pe-resume yang membuat defenisinya sesuai dengan: https://id.wikipedia.org/wiki/Pidana diakses pada tanggal 8 Desember 2015 Pukul, 11:22.
[6]Taboo/Tabu atau pantangan adalah suatu pelarangan sosial yang kuat terhadap kata, benda, tindakan, atau orang yang dianggap tidak diinginkan oleh suatu kelompok, budaya, atau masyaraka. https://id.wikipedia.org/wiki/Tabu diakses pada tanggal 8 Desember 2015 Pukul, 11:24.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar