oleh;
MASRIL
MASRIL
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Allah SWT menganugrahi manusia dengan akal supaya dapat
membedakan mana yang baik dan buruk untuk dirinya serta lingkungannya agar
tercipta kelompok masyarakat yang berperilaku manusiawi yang dibuktikan dengan
hasil karya pikirnya dalam bentuk peradaban dengan nilai kebudyaan yang tinggi
sehingga menjadi contoh untuk generasi berikutnya.
Firman Allah dalam al-Qur'an;
Firman Allah dalam al-Qur'an;
Artinya: “
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”[1]
Manusia yang diciftakan Allah SWT bersuku-suku dan berbangsa-bangsa
tentu juga akan menghasilkan peradaban yang berbeda pula. Istilah Ibn Khaldun,
"masyarakat yang ditaklukkan, cenderung meniru budaya penakluknya". Ketika
Peradaban Islam menjadi sangat kuat dan dominan pada abad pertengahan,
masyarakat Eropa cenderung meniru atau "berkiblat ke Islam". Kini
ketika giliran kebudayaan Barat yang kuat dan dominan maka proses peniruan itu
juga terjadi. Terbukti sejak kebangkitan Barat dan lemahnya kekuasaan politik
Islam, para ilmuwan Muslim belajar berbagai disiplin ilmu ke dunia Barat dalam
rangka meminjam. Hanya saja karena Peradaban Islam sekarang berada dalam kondisi terhegemoni maka
kemampuan menfilter konsep-konsep dalam pemikiran dan kebudayaan Barat juga
lemah. Sehingga terkadang berdampak tidak baik dalam tatanan kehidupan umat
islam secara keseluruhan.
Firman Allah dalam al-Qur'an;
Firman Allah dalam al-Qur'an;
Artinya: “…Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami
pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah
membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian
kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang zalim”[2]
Islam pada masa kejayaannya, semua penjuru dunia tak terkeculai
eropa mendatanginya untuk mendapatkan percikan-percikan ilmu yang tidak
tangung-tangung yang mana ilmu itu mencakup segala bidang. Kesehatan, Matematika,
Kimia, Geografi sampai kepada Ilmu Astronomi. Namun, sekarang seakan-akan itu
semua terbalik.
Jika ingin peradaban islam kembali kepada ruh yang sesunguhnya
seperti yang diperaktekkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat serta
generasi seletahnya yang begitu tinggi dan agung. agakanya tidaklah berlebihan
seandainya mau bercermin kepada masa sejarah lalu itu yang mengantrakan
keagungan tersebut ke puncaknya.
Ilmu sejarahlah yang memberitahukan itu semua kepada generasi
sekarang supaya kita bisa memetik pelajaran darinya. Sehingga untuk memperkuat
semua argumen tersebut sekiranya haruslah ada bukti sejarahnya.
Berkaitan dengan hal tersebut,
diperlukan kajian mendalam mengenai “Sumber-Sumber
Tertulis Peradaban Islam”. Hal ini disebabkan karena begitu pentingnya bagi umat islam
secara khusus.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengambil masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah:
1.
Apa yang dimaksud dengan Sejarah Peradaban Islam?
2.
Apa Manfaat mempelajari Sejarah Peradaban Islam?
3.
Bagaiman Periodisasi Peradaban Islam?
4.
Apa saja Sumber-sumber
Tertulis Peradaban Islam?
C.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Sejarah Peradaban Islam!
2.
Untuk mengetahui Apa Manfaat mempelajari Sejarah Peradaban Islam!
3.
Untuk mengetahui Periodisasi Peradaban Islam!
4.
Untuk mengetahui Apa Saja Sumber-sumber
Tertulis Peradaban Islam!
D.
Manfaat Penelitian
Dengan melakukan penelitian ini maka diharapkan dapat
dipetik manfaat sebagai berikut:
1. Pembaca dapat mengetahui Apa yang
dimaksud dengan Sejarah Peradaban Islam.
2. Pembaca dapat mengetahui Apa Manfaat mempelajari Sejarah Peradaban
Islam.
3. Untuk mengetahui Periodisasi Sejarah Peradaban Islam!
4. Pembaca dapat mengetahui Apa Sumber-sumber
Tertulis Peradaban
Islam.
BAB II
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif artinya
penelitian dilakukan secara mendalam serta menggunakan pendekatan deskriptif
yang bermaksud untuk mengetahui bagaimana “Sumber-Sumber
Tertulis Peradaban Islam”. Deskriptif
yang dimaksud disini adalah dengan menuturkan dan menggambarkan data yang
diperoleh secara apa adanya sesuai dengan permasalahan yang diteliti barulah
kemudian
peneliti menarik kesimpulan.
B.
Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di beberapa
perpustakaan dan internet, sebagai berikut:
1. Pustaka induk
wilayah Provinsi Aceh
2. Pustaka induk Kampus
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
3. Pustaka induk Kampus
Universitas Syiah Kuala
4. Pustaka Pascasarjana
UIN Ar-raniry
C.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan
data penelitian ini menggunakan yaitu :
1.
Data
Kepustakaan.
Data ini diperoleh dari studi
kepustakaan. Studi kepustakaan dimaksud untuk memperoleh teori, konsep maupun
keterangan-keterangan melalui hasil penelitian, buku-buku, skripsi, majalah,
atau bahan-bahan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Hasil penelitian tersebut yang kemudian dianalisis secara deskriptif.
2. Teknik Analisis Data
Sesuai dengan penelitian ini, maka data yang ada dianalisis dengan
teknik kualitatif deskriptif, artinya data-data yang ada dianalisis di pustakaan dikumpulkan kemudian diolah dengan klasifikasi
dan dianalisis secara kualitatif dengan berpedoman pada kerangka pikiran yang
telah disajikan guna memberikan gambaran yang jelas dari masalah yang diteliti.
BAB III
PEMBAHASAN
Sesuai
dengan latar belakang masalah yang telah di kemukakan di atas maka penulis akan
melakukan studi analisis kepustakaan untuk mendapatkan jawaban yang tepat dari
makalah ini yang berjudul “Sumber-Sumber
Tertulis Peradaban Islam”.
A.
Pengertian Sejarah Peradaban Islam.
Sejarah berasal dari bahasa Arab “syajaratun” artinya
pohon. Dalam dunia barat seperti perancis disebut Histoire dan Historie (Belanda)
serta History (Inggris).[3]
Dalam Bahasa Yunani Disebut Istoria yang artinya ilmu. Pengertian
secara umum Sejarah adalah catatan berbagai peristiwa yang terjadi pada masa
lampau (event in the past).[4]
Sejarah dalam bahasa juga disebut, tarikh adalah cabang ilmu
pengetahuan yang berkenaan dengan kronologi berbagai peristiwa.[5]
Menurut Ibn Khaldun, sejarah ialah menunjuk kepada
peristiwa-peristiwa istimewa atau penting pada waktu atau ras tertentu. Sedangkan
Sidi Gazalba mengatakan, sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan
sekitarnya sebagai makluk social, yang disusun secara ilmiah dan lengkap,
meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi
pengertian dan kepahaman tentang apa yang telah berlalu.[6]
Dalam kamus bahasa Indonesia diartikan[7],
sejarah adalah peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau
pengetahuan tentang peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau.
Dapat disimpulkan pengertian sejarah adalah segala kisah dan
peristiwa yang terjadi pada masa lampau umat manusia yang benar-benar terjadi.
Kemudian, “Peradaban” Istilah ini sering dipakai untuk menunjukkan
pendapat dan penilaian seseorang terhadap perkembangan suatu kebudayaan. Oleh
karena itu Peradaban Menurut Arnold Toynbee dalam bukunya adalah kebudayaan
yang telah mencapai taraf perkembangan teknologi yang sudah lebih tinggi.
Pengertian yang lain menyebutkan bahwa peradaban adalah kumpulan seluruh hasil
budi daya manusia, yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, baik fisik
(misalnya bangunan, jalan), maupun non-fisik (nilai-nilai, tatanan, seni
budaya, maupun iptek).[8]
Dalam bahasa arab, dibedakan antara kata Tsaqafah (kebudayaan),
kata Nadlarah (kemajuan), dan kata Tamaddun (peradaban). Demikian pula Dalam bahasa Inggris membedakan
pengertian antara peradaban dan kebudayaan, Yakni istilah civilization digunakan
untuk (diartikan) sebagai peradaban dan culture digunkan untuk (diartikan) sebagai
kebudayaan.
“Peradaban” Seringkali juga istilah ini digunakan untuk merujuk
pada suatu masyarakat yang "kompleks": dicirikan oleh praktik dalam
pertanian, hasil karya dan pemukiman, berbanding dengan budaya lain,
anggota-anggota sebuah peradaban akan disusun dalam beragam pembagian kerja
yang rumit dalam struktur hirarki sosial[9].
Koentjaraningrat[10],
berpersepsi peradaban sering dugunakan untuk menyebut bagian dan unsur
kebudayaan yang halus, maju, dan indah seperti misalnya kesenian, ilmu
pengetahuan, adat sopan santun pergaulan dan kepandaian menulis serta
organisasi kenegaraan. Oleh karena itu kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud.
1.
Wujud Ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai
suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan
dan lain-lain.
2.
Wujud Kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai
suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3.
Wujud Benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai
benda-benda hasil karya. Sedangkan istilah peradaban biasanya dipakai untuk
bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah[11].
Ibn Khaldun menggunakan kata hadharah[12]
di samping kata `umran . Tetapi hadharah di
sini hanya memiliki arti secentary life (kehidupan yang
menetap). Kata hadharah pada masa Ibn Khaldun sendiri
tidak berarti civilization (peradaban). Penerjemah buku al-Muqaddimah
mengartikan kata hadharah dari tulisan Ibn Khaldun sebagai
sedentary (menetap). Perubahan semantik kata hadharah terjadi dalam
bahasa Arab modern. Penulis Arab modern menggunakan kata Hadharah sebagai
sinonim untuk civilization (peradaban). Ibn Khaldun juga
menyebutkan bahwa peradaban manusia itu akan dipergilirkan antara kejayaan dan kehancuran yakni dengan
mengikuti fase-fase tertentu dalam kehidupan manusia. Hal ini seperti terdapat
dalam al-Qur’an.
Artinya: “…Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami
pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah
membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian
kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang zalim”[13]
Pada umumnya antropolog juga menegaskan bahwa adanya fakta dari
tiap-tiap peradaban yang meluas dari pusat kota, mempengaruhi daerah
sekeliling, baik dalam bidang ekonomi, politik, maupun budaya (misalnya peradaban
Mesir, Aztec, dan Yunani).[14]
Dapat disimpulkan peradaban adalah hasil pemikiran dari suatu
masyarakat yang memiliki budaya lebih tinggi dan maju dari segala aspek, baik
ekonomi, dan sosial serta politik (negara).
Peradaban islam dalam bahasa arab al-Hadharah
al-Islamiyah, kata bahasa arab ini sering diterjemahkan dalam bahasa
indonesia dengan kebudayaan, padahal kebudayaan dalam bahasa
arab ats-tsaqafah. Berdasarkan hal itu kebudayaan adalah semangat yang
medalam suatu masyarakat. Sedangkan peradaban lebih menitik beratkan kepada
perekonomian, teknologi, dan politik[15].
Dengan penjelasan singkat diatas maka dapat diambil kesimpulan apa
yang dimaksudkan dengan Sejarah Peradaban Islam adalah sekumpulan kejadian
masa lampau yang memandang tentang kehidupan manusia menurut sudut pandang pemikiran
Islam. atau dengan makna lain bahwa peradaban
Islam adalah peradaban orang-orang Muslim dan peradaban manusia yang diilhami
dan dilandasi oleh keyakinan kepada Islam yang berdasar pada al-Qur’an dan
Hadis yang diawali oleh Nabi Muhammad SAW.
B.
Manfaat Mempelajari Sejarah Peradaban Islam.
Firman Allah dalam al-Qur'an;
Artinya: “Sesungguhnya
pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”[16]
Dari ayat al-Qur’an diatas begitu jelas diterangkan manfaat dari
mempelajari kisah-kisah atau sejarah atau peradaban umat manusia masa lalu
sehingga dapat memberikan pelajaran dari kisah tersebut, baik itu berupa kisah
yang baik mapun kisah yang buruk dari segala sisi dan juga dapat dijadikan
sebagai petunjuk sehingga akhirnya akan menjadi rahmat bagi umat manusia
terutama bagi orang-orang yang beriman (percaya).
Adapun kegunaan mempelajari sejarah peradaban Islam dapat dibagi
menjadi tiga kelompok diantaranya sebagai berikut:
1. Manfaat
sebagai sarana pendidikan
Kegunaan sejarah yang pertama adalah
sebagai pelajaran. Banyak manusia yang belajar dari sejarah belajar dari
pengalaman yang pernah dilakukan. Pengalaman tidak hanya terbatas pada
pengalaman yang dialaminya sendiri, melainkan juga dari generasi sebelumnya.
manusia melalui belajar dari sejarah dapat mengembangkan potensinya. Kesalahan
pada masa lampau baik kesalahan sendiri maupun orang lain.
2. Manfaat
sebagai Inspirasi
Kegunaan sejarah yang kedua adalah
sebagai inspiratif. Berbagai kisah sejarah dapat memberikan inspirasi pada
pembaca dan pendengarnya.[17]
3. Manfaat
prediktif
Kegunaan sejarah, bagaimanpun isisnya
dapat memberikan pandangan-pandangan dalam rangka memprediksi kehidupan dimasa
yang akan datang.[18]
Manfaat Sejarah peradaban Islam secara umum bagi generasi
kedepannya diantaranya:
1.
Sejarah
menyimpan atau mengandung kekuatan yang dapat menimbulkan dinamisme dan
melahirkan nilai-nilai baru bagi perkembangan kehidupan manusia.[19]
2.
Memahami
sejarah peradaban Islam tidak semata-mata untuk mengetahui tanggal, bulan,
tahun, dan abad suatu peristiwa peradaban Islam, tetapi memahami realitas
muslim di masa lampau.
3.
Mengkaji
sejarah dapat memperoleh informasi tentang aktivitas peradaban Islam dari zaman
rasulullah sampai sekarang, mulai dari pertumbuhan, perkembangan, kemajuan,
kemunduran, kebangkitan peradaban Islam.
4.
Segala
ide, konsep, institusi, sistem, dan operasionalnya yang terjadi dari waktu ke
waktu dapat diketahui dari sejarah peradaban Islam yang kita pelajari.
5.
Kewajiban
kaum muslimin untuk meneladani Rasulullah oleh karena itu rekaman tenyang
perilaku kearifan dan kebijaksanaan Rasulullah perlu diketahui dan diteladani.
6.
Untuk
menafsirkan dan memahami maksud al-Qur’an dan hadits perlu memahami setting
sosial historis dan kondisi psikologis masyarakat waktu itu.
7.
Untuk
merekam peristiwa-peristiwa penting yang terjadi baik sebelum maupun sesudah
kedatangan Islam.
8.
Sejarah
pun bermanfaat untuk mengenal diri sendiri, juga sebagai cermin masa lalu untuk
dijadikan pedoman masa kini dan masa yang akan datang, untuk diteladani dan
dipakai sebagai alat analisis.[20]
9.
Merasa
bangga dan mencintai kebudayaan Islam yang merupakan buah karya kaum Muslimin
masa lalu.
10.
Berpartisipasi
memelihara peninggalan-penbinggalan masa lalu dengan cara mempelajari dan
mengambil manfaat dari peninggalan-peninggalan tersebut.
11.
Meneladani
perilaku yang baik dari tokoh-tokoh terdahulu.
12.
Mengambil
pelajaran dari berbagai keberhasilan dan kegagalan masa lalu.
13.
Memupuk
semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah diraih umat
terdahilu.
14.
Untuk
membentuk watak dan kepribadian umat. Sebab, dengan mempelajari Sejarah
Kebudayaan Islam generasi muda akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga
dari perjalanan suatu tokoh atau generasi terdahulu.
15.
Agar
pembaca dapat memilah dan memilih mana aspek sejarah yang perlu dikembangkan
dan mana yang tidak perlu. Mengambil pelajaran yang baik dari suatu umat dan
meninggalkan hal-hal yang tidak baik.
16.
Agar
pembaca mampu berpikir secara kronologis
dan memiliki pengetahuan tentang masa lalu yang dapat digunakan untuk memahami
dan menjelaskan perkembangan, perubahan masyarakat serta keragaman sosial
budaya Islam di masa yang akan datang.
C. Periodisasi Peradaban Islam
Periodisasi Sejarah Islam Menurut Nourouzzaman Shiddiqie dapat
disusun sebagai berikut:[21]
1.
Periode
Klasik ( 600-1258 )
Periode ini sejak kelahiran Nabi Muhammad sampai di dudukinya
baghdad oleh Hulagu Khan. Yang menjadi ciri periode ini adalah dengan
mengabaikan adanya dinasti-dinasti yang tumbuh dan tenggelam di masa
Dinasti Abbasiyah, kepala negara ( khalifah ) tetap di jabat oleh seseorang dan
di angggab pimpinan tertinggi negara wlaupun hanya sekedar simbol.
2.
Periode
Pertengahan (dari jatuhnya Baghdad sampai akhir abad ke -17)
Ciri periode ini adalah tanpa menghilangkan kenyataan adanya
Dinasti Umayyah di Andalusia, wilayah islam lainya telah terpecah berada di
bawah 3 kekuasaan yang saling bermusuhan. Kekuasaan Dinasti Usmaniyah di
Andalusia, kekuasaan Dinastu Mamluk di mesir, dan Dinasti Ilkhan dari Mongol di
Persia.
3.
Periode
modern ( mulai abad ke-18)
Ciri periode ini ialah seluruh wilayah kekuasaan Islam berada di
bawah cengkraman penjajahan Barat, sampai kemudian setelah Perang Dunia Kedua
kembali memperoleh kemerdekaannya.
Dalam kitab At-Tarikh Al-Islami Ahmad Al-Usairy menyebutkan
periodisasi islam di bagi dalam periode-periode sebagai berikut:[22]
1.
Periode
Sejarah Klasik (Masa Nabi Adam-Sebelum Diutusnya Nabi Muhammad) yaitu merupakan
fase sejarah sejak Nabi Adam dilanjutkan dengan masa-masa para nabi hingga
sebelum diutusnya Rasulullah.
2.
Periode
Sejarah Rasulullah (570-632 M) yaitu Di dalamya diungkapkan tentang berdirinya
negara islam yang dipimpin langsung oleh Rasulullah, yang menjadikan Madinah
Al-Munawaroh sebagai pusat awal ssemua aktivitas negara yang kemudian meliputi
semua Jazirah Arabia.
3.
Periode
Sejarah Khufaur Rasyidin (632-661 M). Periode ini di mulai sejak tahun 11 H
hingga 41 H. Pada masa itu terjadi penaklukan-penaklukan Islam di Persia, Syam
(Syiria), Mesir, dan lain-lain.
4.
Periode
Pemerintahan Bani Umayyah (661-749 M). pada periode ini pemerintahan islam
mengalami perluasan islam yang demikian signifikan. Hanya ada satu khalifah
dalam pemerintahannya. Sayangnya, komitmen kepada syariah Islam mengalami
sedikit kemorosotan daripada periode sebelumnya.
5.
Periode
Pemerintahan Bani Abbasiyah (749-1258 M). Periode ini memiliki karakter khusus
yang ditandai dengan kemunculan beberapa pemerintahan dan kerajaan yang
independen, dimana sebagian besar telah berkontribusi yang besar terhadap
islam. Kerajaan tersebut adalah: Pertama, Dinasti Idrisiyah (788-974)
M. Dinasti ini didirikan oleh salah seorang penganut syi'ah, yaitu Idris
bin Abdullah pada tahun 172 H atau 789 M. Dinasti ini merupakan Dinasti Syi'ah
pertama yang tercatat dalam sejarah berusaha memasukan syi'ah ke daerah Maroko
dalam bentuk yang sangat halus. Kedua, Dinasti Aqlabiah (800-811 M).
Dinasti ini muncul di akhir pemerintahan Raja Haru Al-Rasyid.Pengangkatan
Ibrahim bin Aqlab sebagai Gubernur turun temurun (800), yang kemudian menjadi
Dinasti Aqlabiah, di Afrika Utara (Magribi). Masa ini juga di tandai
dengan terjadinya gerakan kebatinan, pemerintahan syiah serta perang salib.
6.
Periode
Pemerintahan Mamluk (1250-1517 M). Goresan sejarah paling penting pada masa ini
yaitu berhasil di bendungnya gelombang penyerbuan pasukan Mongolia ke beberapa
belahan negeri Islam. Juga telah berhasil eksstensi kaum Salibis dari negara
Islam. Pada masa ini kaum muslimin semakin jauh dari agamanya.
7.
Periode
Pemerintahan Usmani (1517-1923 M). Pada awal pemerintahan ini telah berhasil
melakukan ekspansi wilayah Islam terutama di Eropa Timur. Pemerintahan ini juga
telah melebarkan kekuasaannya ke kawasan timur wilayah Islam. Goresan sejarah
yang paling agung yamg berhasil dilakukan oleh pemerintahan Usmani adalah
ditaklukannya Konstatinopel. Namun pada akhirnya pemerintahan Turki berhasil
menaburkan benih pemikiran nasionalis sehingga pemikiran ini menjadi pemicu
hancurnya pemerintahan Islam serta kaum muslimin menjadi negeri-negeri kecil
yang lemah dan terbelakang serta jauh dari agama mereka.
8.
Periode
Dunia Islam Kontemporer (1922-2000 M). Periode ini dimulai sejak tahun
1342-1420H atau 1922-2000M. Periode ini merupakan masa sejarah umat islam sejak
berakhirnya Dinasti Turki Usmani hingga perjalanan umat Islam pada masa
sekarang.
Kemudian menurut Prof. Dr. Harun Nasution,[23]
Sejarah Islam dapat dibagi kedalam tiga periode besar, yaitu periode klasik,
periode pertengahan, dan periode modern.
Dapat disimpulkan bahwa perodisasi sejarah peradaban Islam itu
secara garis besar bisa dikatakan hanya memiliki tiga ketegori yaitu: Periode
Kategori klasik antar tahun 570 sampai 661 M yakni pada masa Nabi Muhammad
SAW dan Masa empat Khalifah, Abu Bakar, Umar, Utsam dan Ali bin Abi Thalib. Periode
Kategori Pertengahan Diantara tahun
661 sampai 1922 M, yakni Pada Masa Dinasti Islam pertama yaitu Dinasti Ummaiyah,
Abbasiyah dan Dinasti Utsmaniyah. Kemudian. Periode Kategori Modern. dimulai
sejak tahun 1342H atau 1922M. adalah sejak kejatuhan Dinasti terakhir
islam yaitu Turki Utsmani sampai pada hari ini.
D. Sumber-Sumber Tertulis Peradaban
Islam.
Perlu ditegaskan dalam tulisan ini bahwa Sumber-sumber Peradaban
itu setidaknya dapat di kelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: Pertama: Sumber tulisan
(buku-buku/kitab-kitab), Kedua: Sumber Perjanjian-perjanjian (MoU) yang Ketiga:
Sumber bekas Material (Bagunan/Fisik). Namun, dalam tulisan ini yang
dibahas hanyalah sumber pertama saja yaitu: Sumber-sumber peradaban yang berasal
dari tulisan (buku-buku/kitab-kitab), untuk penjelasan sumber yang lain akan
dibahas lebih lanjut[24].
Kemudian menginggat ketentuan periodisasi sejarah peradaban Islam
itu secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu Periode Kategori klasik
antar tahun 570 sampai 661 M yakni pada masa Nabi Muhammad SAW dan Masa empat
Khalifah, Abu Bakar, Umar, Utsam dan Ali bin Abi Thalib. Periode Kategori Pertengahan Diantara tahun 661 sampai 1922 M, yakni Pada Masa Dinasti Islam pertama yaitu Dinasti Ummaiyah,
Abbasiyah dan Dinasti Utsmaniyah. Kemudian. Periode Kategori Modern. dimulai
sejak tahun 1342H atau 1922M. adalah sejak kejatuhan Dinasti terakhir
islam yaitu Turki Utsmani sampai pada hari ini. Maka, alur penulisan Sumber-Sumber
Tertulis Peradaban Islam ini juga mengikuti Ketentuan periode tersebut.
Sumber Tertulis Peradaban Islam Periode
Kategori klasik (570-661 M)
1.
al-Qur’an
al Qur'an adalah wahyu Allah SWT. yang
diturunkan kepada nabi Muhammad saw dengan perantara malaikat jibril,
disampaikan dengan jalan mutawatir kepada kita, ditulis dalam mushaf dan
membacanya termasuk ibadah. Al Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur kepada
Nabi Muhammad saw selama kurang lebih 22 tahun.
al-Qur’an dibukukan pertama sekali pada masa Kahlifah Abu Bakar yang
memerintah antara tahun 632 sampai 634 M atas usulan Umar bin Khattab mengingat banyaknya penghafal al-Qur’an
Yang meninggal waktu perang Yamamah (12 H) selanjutnya penulisannya diketuai
oleh Zaid bin Tsabit
atas printah Khalifah Abu Bakar pula. Disebutkan bahwa sejumlah bahan yang ketika itu digunakan untuk
menyalin wahyu-wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW,
yaitu:[25]
1.
Riqa, atau lembaran lontar atau perkamen.
2. Likhaf, atau batu tulis berwarna putih, terbuat dari kepingan batu
kapur yang terbelah secara horizontal lantaran panas.
3.
‘Asib, atau pelapah kurma, terbuat dari bagian ujung dahan pohon kurma
yang tipis.
4.
Aktaf, atau tulang belikat, biasanya terbuat dari tulang belikat
unta.
5.
Adlla’ atau tulang rusuk, biasaya juga terbuat dari tulang rusuk unta.
6.
Adim, atau lembaran kulit, terbuat dari kulit binatang asli yang
merupakan bahan utama untuk menulis ketika itu.
Sumber Tertulis Peradaban Islam Kategori
Pertengahan (661-1922 M)
1. Kitab-Kitab
Hadis
Hadist adalah segala hal yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa ucapan, perbuatan, penetapan
maupun sifat khilqi ataupun khulqi, atau disandarkan pada sahabat atau tabi’in.
Allah
berfirman[26]
وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ
فَانْتَهُوا
Artinya: “Apa yang
diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah…”[27]
Rasulullah saw bersabda : "Aku meninggalkan
kalian dua hal. Jika kalian berpegang teguh dengan keduanya, maka kalian tidak
akan pernah sesat, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya"[28]
Umar
bin Abd Al-‘Aziz
(masa dinasti Umaiyyah) yang
berkuasa pada tahun 717 – 720 menjadi
khalifah pada masa inilah hadis mulai dibukukan. Dia memerintahkan kepada semua
gubernur untuk mengumpulkan hadist yang
mereka ketahui. Kemudian, secara khusus juga ditunjukkan kepada imam Syihabuddin al-Zuhri.
Setelah masa
imam Syihabuddin al-Zuhri dilanjutkan oleh ulama-ulama muslim lainnya namun yang paling
mendapat perhatian besar dari ulama-ulama sesudahnya adalah kitab Musnadul
Kabir karya Ahmad bin Hambal (164-241
H / 780-855 M) yang berisi 40.000 hadits.
Adapun pengumpulan hadits Selanjutnya dilaksanakan dengan penelitian sanad
dan rawi-rawinya, Ulama terkenal yang mempelopori usaha ini adalah Ishaq bin Rahawaih bin Mukhlad Al Handhali At Tamimi Al Marwazi (161-238 H / 780-855 M).
kemudian yang perlu menjadi catatan pada masa (abad 3 H) ialah telah
diusahakannya untuk memisahkan hadits yang shahih dari hadits yang tidak shahih
sehingga tersusun 3 macam hadits, yaitu: Pertama, Kitab Shahih (Shahih Bukhari, Shahih Muslim) berisi al hadits yang shahih saja. Kedua, Kitab
Sunan (Ibnu Majah, Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasai, Ad Damiri) menurut
sebagian ulama selain Sunan Ibnu Majah berisi hadits shahih dan hadits dla'if
yang tidak munkar. Ketiga, Kitab Musnad (Abu Ya'la, Al Hmaidi, Ali
Madaini, Al Bazar, Baqi bin Mukhlad, Ibnu Rahawaih) berisi berbagai macam al
hadits tanpa penelitian dan penyaringan.
2. Kitab al-Qanun fi at-Tibb.
Kitab ini
ditulis oleh Ibnu Sina[29],
seorang ilmuwan dan filsuf abad ke 10 M (masa dinasti Abbasiyah) yang banyak disebut
sebagai bapak ilmu kedokteran modern. Di Barat dikenal dengan nama Avicena[30].
Salah satu peninggalan monumental Ibnu Sina adalah kitab al-Qanun
fi at-Tibb,[31] atau sering disebut The Canon of Medicine.
Kitab ini menjadi rujukan kedokteran selama berabad-abad hingga abad 17
terutama didunia Eropa. Avicena lahir dari kota Afsyanah di wilayah Uzbekistan
saat ini.
3.
Kitab
Al Jabru wal Mukabala
Sebelumnya
perhitungan matematika masih terbilang rumit dan tidak praktis. Simbol
angka-angka masih menggunakan angka romawi. Di dunia Islam ilmu-ilmu matematika
kuno dari romawi dan persia serta India dikembangkan hingga munculah ilmu
matematika dengan sistem Aljabar.[32]
Sistem Aljabar
dan Angka Nol ini ditemukan oleh al-Khawarizmi seorang pemikir dan ulama muslim
Nama lengkap dari al-Khawarizmi ialah Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi. Selain
itu beliau dikenali sebagai Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusuff. Al-Khawarizmi
telah dikanali di Barat sebagai al-Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-Ahawizmi,
al-Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi dan beberapa cara ejaan lagi. Beliaulah yang
menemukan angka Nol dan Al Jabru wal Mukabala. (penjabaran dan
penyelesaian). Bagi oarang eropa buku ini disebut Aljabar, dilahirkan di
Bukhara sekitar tahun 780 (masa dinasti Abbasiyah) tepatnya di
Khwarizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 di Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya,
ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad, Irak sekarang.[33]
4. Kitab Al Zij
Kitab Al Zij. Adalah kitab tentang
astronomi yang banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12
dengan judul De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerum et Motibus oleh
Plato dari Tivoli. Terjemahan tertua dari karyanya itu masih ada di Vatikan.
Terjemahan ini keluar pada 1116 sedangkan edisi cetaknya beredar pada 1537 dan
pada 1645. Sementara terjemahan karya tersebut ke dalam bahasa Spanyol muncul
pada abad ke-13. Pada masa selanjutnya baik terjemahan dalam bahasa Latin
maupun Spanyol tetap bertahan dan digunakan secara luas.
Penulisnya
adalah Abdallah Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Al-Battani. Ia lebih dikenal
dengan panggilan Al-Battani atau Albatenius di dunia Barat. Al Battani lahir di
Battan, Harran, Suriah pada sekitar 858 M (masa dinasti Abbasiyah).
Buah pikirannya
dalam bidang astronomi yang mendapatkan pengakuan dunia adalah lamanya bumi berotasi
dan mengitari matahari. Berdasarkan perhitungannya, ia menyatakan bahwa bumi
mengelilingi pusat tata surya tersebut dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit,
dan 24 detik. Perhitungannya mendekati dengan perhitungan terakhir yang
dianggap lebih akurat.
Tak heran bila
tulisannya, sangat memberikan pengaruh bagi perkembangan ilmu pengetahuan di
Eropa hingga datangnya masa Pencerahan. Dalam Fihrist, yang dikompilasi Ibn
An-Nadim pada 988, karya ini merupakan kumpulan Muslim berpengaruh pada abad
ke-10, dinyatakan bahwa Al Battani merupakan ahli astronomi yang memberikan gambaran
akurat mengenai bulan dan matahari.[34]
5.
Kitab
Al-Rujari dan Uzhat al-Mushtaq fi Ikhtiraq al-Afaq[35]
Kitab al-Rujari
secara cermat memuat danau dan sungai, kota-kota besar, daratan serta
pegunungan. dibedakan pula antara tanah yang subur (pertanian) dan tanah yang
gersang. Terus didalamnya juga dimasukkan beberapa informasi tentang jarak,
panjang dan ketinggian secara tepat.
Kitab Nuzhat
al-Mushtaq fi Ikhtiraq al-Afaq (Kesenangan untuk Orang-orang yang Ingin
Mengadakan Perjalanan Menembus Berbagai Iklim) menjadi sebuah ensiklopedi yang
berisi peta secara detil dan informasi lengkap negara-negara Eropa untuk
pertama kalinya.
Penulisnya adalah
Abu Abdullah Muhammad Ibn Muhammad Ibn Abdullah Ibn Idris Ash Sharif. Ia
dilahirkan di Ceuta, Spanyol tahun 493 H/1100 M. Al-Idrisi (1100 – 1166 M)
dikenal masyarakat Barat sebagai seorang ahli Geografi. Kitab ini telah
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, diantaranya ke bahasa Spanyol (1793),
Jerman (1828), Perancis (1840) oleh Amedie Jaubert, dan ke bahasa Italia (1885)[36]. Sebelumnya perbah diterbitkan di Roma pada
tahun 1619. Nama Al-Idris sebagai
penulis aslinya tidak dicantumkan pada
terjemahan tersebut. Christopher Columbus menggunakan peta asli yang dibuat
oleh Idris berlayar mengelilingi beberapa belahan dunia.
6.
Kitab
al-Buldan
Kitab al-Buldan
(Buku Negeri-negeri). Buku ini termasuk kitab yang tertua dalam sejarah ilmu
geografi dunia. Karenanya, buku tersebut pun lantas diterbitkan kembali oleh
sebuah penerbit di Leiden, Belanda, dengan mengambil judul Ibn Waddih qui
dicitur al-Ya’qubi historiae. Di dalamnya dijelaskan pengembaraan yang dilakukan
oleh penulisnya dan tugas-tugas negara yang dia emban, yaitu pada masa dinasti
Tahiriah di Khurasan dan dinasti Tulun di Mesir dan Suriah. selanjutnya seperti
yang banyak diketahui bahwa penulisannya menggunakan langgam sejarah sendiri
tanpa mengikuti langgam sejarah sebelumnya. buku ini juga berusaha
mengembangkan pendekatan eksperimental dalam menulis.
Nama lengkap
penulisanya adalah Ahmad bin Abi Ya’qub Ishaq bin Ja’far bin Wahab bin Waddih. hidup
di Baghdad pd masa pemerintahan khalifah Abbasiyah, al-Mu’tamid. (870 M–892 M).
7.
Kitab
Al Ahkaam Al Shultoniyah
Kitab Al
Ahkaam Al Shultoniyah adalah Hukum-hukum Kekuasaan, termuat juga prinsip
politik kontemporer dan kekuasaan, Misalnya, dalam buku itu dibahas masalah
pengangkatan imamah (kepala negara/pemimpin), pengangkatan menteri, gubernur,
panglima perang, jihad bagi kemaslahatan umum, jabatan hakim, jabatan wali
pidana. Selain itu, juga dibahas masalah imam shalat, zakat, fa’i dan ghanimah
(harta peninggalan dan pampasan perang), ketentuan pemberian tanah, ketentuan
daerah-daerah yang berbeda status, hukum seputar tindak kriminal, fasilitas
umum, penentuan pajak dan jizyah, masalah protektorat, masalah dokumen negara
dan lain sebagainya.
Selanjutya imam
(yang dalam hal ini adalah seorang raja, presiden, sultan) merupakan sesuatu
yang niscaya. Artinya, keberadaannya sangat penting dalam suatu masyarakat atau
negara. Karena itu, jelasnya, tanpa imam akan timbul suasana chaos. Manusia
menjadi tidak bermartabat, begitu juga suatu bangsa menjadi tidak berharga.
Dalam buku
kitab ini juga dibahas bagaimana ketentuan seorang imamah yang dianggap legal? Didalam
buku ini dijelaskan jabatan imamah (kepemimpinan) dinilai sah apabila memenuhi
dua metodologi. Pertama, dia dipilih oleh parlemen (ahlul halli wal aqdi).
Mereka inilah yang memiliki wewenang untuk mengikat dan mengurai, atau juga
disebut model Al Ikhtiar. Kedua, ditunjuk oleh imam sebelumnya. Model pertama
selaras dengan demokrasi dalam konteks modern. Sementara, tipe kedua, merujuk
pada eksperimen sejarah, yakni pengangkatan khalifah Umar bin Khattab oleh
khalifah sebelumnya, Abu Bakar Ash Shiddiq. Buku ini telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris, Prancis, Italia, Indonesia, dan Urdu.
lengkap dari
penulis buku ini adalah Abu al Hasan Ali bin Habib al Mawardi. Lahir di kota
pusat peradaban Islam, Basrah (Baghdad) pada 386 H/975 M, (Masa dinasti Abbasiyah) Al Mawardi menerima
pendidikan pertamanya di kota kelahirannya. Ia belajar ilmu hukum dari Abul
Qasim Abdul Wahid as Saimari, seorang ahli hukum mazhab Syafi’i yang terkenal.
8.
Kitab
Al-Jami Baim Al-Ilm wal Amal Al-Nafi Fi Sinat’at Al Hiyal
Kitab ini
berisi tentang teori dan praktik mekanik, terdapat instruksi untuk merancang,
merakit, dan membuat mesin. Dalam buku ini juga menjabarkan sekitar lima puluh
peralatan mekanik dalam enam kategori yang berbeda. Termasuk jam air, alat
mencuci tangan atau mesin wadu dan mesin pemompa air. Ilmuwan dan ahli teknik
Muslim ini telah membawa masyarakat Islam pada abad ke-12 pada kejayaan. Ia
hidup dan bekerja di Mesopotamia selama 25 tahun.
Nama lengkap
penulis kitab ini adalah Badi Al-Zaman Abullezz Ibn Alrazz Al-Jazari. lahir di
Al-Jazira, sebuah wilayah yang terletak di antara Tigris dan Efrat, Irak.
Sering di panggil Al-Jazari, dia tinggal di Diyar Bakir, Turki, selama abad
kedua belas.
9.
Kitab
Al Hikmah Al Falsafiyah
Dalam buku ini,
antara lain dikemukakan reaksi kimia: ”Air raksa (merkuri) dan belerang
(sulfur) bersatu membentuk satu produk tunggal, tetapi adalah salah menganggap
bahwa produk ini sama sekali baru dan merkuri serta sulfur berubah
keseluruhannya secara lengkap. Yang benar adalah bahwa keduanya mempertahankan
karakteristik alaminya, dan segala yang terjadi adalah sebagian dari kedua
bahan itu berinteraksi dan bercampur sedemikian rupa sehingga tidak mungkin
membedakannya secara seksama.”
”Jika dihendaki
memisahkan bagian-bagian terkecil dari dua kategori itu oleh instrumen khusus,
maka akan tampak bahwa tiap elemen (unsur) mempertahankan karakteristik
teoretisnya.
Hasilnya adalah
suatu kombinasi kimiawi antara unsur yang terdapat dalam keadaan keterkaitan
permanen tanpa perubahan karakteristik dari masing-masing unsur.” Ide-ide
eksperimen ini sekarang lebih dikenal/dipakai sebagai dasar untuk
mengklasifikasikan unsur-unsur kimia, utamanya pada bahan metal, nonmetal dan
penguraian zat kimia.
Nama penulis
kitab ini adalah Jabir ibnu Hayyan (721-815 H) di Barat dikenal dengan nama
Geber. Sampai akhir abad 17, sangat menonjol sebagai ahli kimia termasyhur yang
dihasilkan abad pertengahan. Anak seorang penjual obat di Kufah (Irak) ini juga
merupakan seorang sufi.
10.
Kitab
Kamil al-Sina'a
Kitab ini
mengulas tentang ilmu bedah hingga ke intinya. Buku ini sangat spektakuler
karena terdiri dari 110 bab. Dalam Kamil al-Sina'a volume 10,
dilengkapi dengan sebuah teori khusus mengenai terapi pembedahan. buku ini juga
pertama kali membahas susunan dan fungsi pipa kapiler, serta memberi penjelasan
yang benar tentang kelahiran bayi. Menurutnya, proses kelahiran bayi adalah
reaksi dari otot-otot rahim sang ibu yang bekerja keras pada saat bersamaan.
Pendapat tersebut bertolak belakang dari pendapat yang diyakini masyarakat Arab
selama berabad-abad bahwa proses kelahiran adalah usaha dari bayi yang akan
lahir. Sebuah buku legendaris ini adalah karya Ali Abbas Majusi wafat antara
tahun 982 - 995.
11.
Kitab
Ihya Ulumuddin
Kiatb ini
membahas hampir semua tema agama Islam. Di awali dengan pembahasan tentang ilmu
dan iman (aqidah). Kemudian, pembahasan seputar ibadah. Lalu berlanjut ke adab
keseharian, berikutnya ada pembahasan seputar akhlak, baik akhlak mulia maupun
akhlak tercela dan di akhir ada pembahasan seputar kehidupan di akhirat.[37]
Abu Hamid
Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i (lahir di Thus 1058 / 450 H, meninggal di Thus 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H, umur 52–53 tahun) adalah
seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal
sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan.[38]
12. Kitab al-Muqaddimah
Kitab ini merupakan karya
monumental pertama yang memuat prinsip-prinsip politik, strata suatu
masyarakat, dan teori disintegrasi. memetakan masyarakat dengan interaksi
sosial, politik, ekonomi, dan geografi yang melingkupinya. Pendekatan ini
dianggap menjadi terobosan yang sangat signifikan. Selanjutnya dalam kitab ini organisme dapat tumbuh dan matang, karena
sebab-sebab nyata yang mempengaruhinya. Pengaruh itu universal dan pasti. Tak
ada kebetulan dalam sejarah sosial kecuali sebab dan akibatnya semata, sebagian
jelas dan diketahui, sebagian lagi tidak. Mengenai
hal Formasi
masyarakat, juga dijeslakn sebagai hasrat
manusia untuk berkumpul, bersaing, lalu memperebutkan kepemimpinan. Mereka
diikat dengan solidaritas ashabiyah (ungkapan pra-Islam) yang diarahkan oleh
para pimpinannya. Ia memperkirakan bahwa solidaritas itu berlangsung empat generasi.
Model ini menempatkan Penulisnya sebagai
penganut teori siklus sejarah. Masyarakat lahir, tumbuh, berkembang, lalu mati
untuk diganti dengan yang lain. Demikian seterusnya.
Nama lengkap penulisnya
adalah Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Al Hasan bin
Jabir bin Muhammad bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Ibn Khaldun, sering disebutkan ibnu Khaldun pemikir
(1332-1406) kelahiran Tunisia ini dikenal sebagai bapak sosiologi dan politik.
Sumber
Tertulis Peradaban Islam Kategori Modern (1922-Sekarang)
Dalam kitab ini dituangkan pemikir progresif yang peduli terhadap
ilmu pengetahuan. Intinya terdapat dan memuat beberapa konsep pendidikan baru
yang tidak mendikotomikan ilmu islam dan sains. bahwa hal itu lah yang menjadi
faktor kemunduran islam dari barat pada waktu itu sampai hari ini. Ia menilai,
bahwa ilmu islam perlu berjalan seiring dengan ilmu sains, selama hal itu tidak
bertentangan dengan agama. atau bahasa sederhananya, Islamisasi ilmu
pengetahuan. Konsep tersebut telah diterapkan Badiuz zaman di dalam sekolah
rintisannya, yakni Az Zahra[39].
Nama penulisnya adalah Badiuzzaman Said Nursi, ia dilahirkan pada
tahun 1877 M dan menutup usia di tahun 1960 M di Urfa, Turki. tempat lahirnya
di Nurs, sebuah desa di Provinsi Bitlis, Ottoman Empire (kini
Turki).
2.
Penelitian di Bidang Fisika
lima gaya dasar di alam. Gaya dasar dialam ini yaitu gaya listrik,
gaya magnet, gaya gravitasi, gaya kuat yang menahan atom suatu benda, serta
gaya lemah. Selama berabad-abad kelima gaya itu dipahami secara terpisah
Hasil penelitian ini memberi indikasi kuat bahwa, pada dasarnya
tidak ada perbedaan yang terlalu prinsipil antara gaya nuklir dan kelistrikan.
Bentuk energi nuklir jenis lemah sebenarnya identik dengan bentuk energi
elektromagnetik. Kebenaran hasil penelitian salam ini didukung oleh hasil
eksperimen laboratorium Riset Eropa di Genewa pada 1973 tentang adanya
interaksi ‘arus netral‘ yang merupakan bagian pokok dari prediksi
teori yaitu “teori medan terpadu”. Pada 1978, eksperimen di pusat akselerator
linier, Stanford, Amerika, memperukuat hasil penemuan ini.
Nama Penelitinya adalah Abdus Salam merupakan saintis terbesar dan
ilmuwan muslim Pakistan pertama yang mendapatkan hadiah Nobel paling bergengsi
di bidang fisika atom. Dia lahir di Pakistan pada tanggal 29 Januari 1926.
Abdus Salam meninggal pada tanggal 21 November 1996, diusia 70 tahun di Oxford,
Inggris.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Maksud dari Sejarah Peradaban Islam adalah sekumpulan kejadian
masa lampau yang memandang tentang kehidupan manusia menurut sudut pandang
pemikiran Islam. atau dengan makna lain
bahwa peradaban Islam adalah peradaban orang-orang Muslim dan peradaban manusia
yang diilhami dan dilandasi oleh keyakinan kepada Islam yang berdasar pada
al-Qur’an dan Hadis yang diawali oleh Nabi Muhammad SAW.
Kegunaan sejarah selain sebagai pelajaran. Seperti Banyak manusia
yang belajar dari sejarah belajar dari pengalaman yang pernah dilakukan.
Pengalaman tidak hanya terbatas pada pengalaman yang dialaminya sendiri,
melainkan juga dari generasi sebelumnya. manusia melalui belajar dari sejarah
dapat mengembangkan potensinya. Kesalahan pada masa lampau baik kesalahan
sendiri maupun orang lain. Setidaknya secara rinci manfaat mempelajari ilmu
sejarah Pertama, Manfaat sebagai Inspirasi. Berbagai kisah sejarah dapat
memberikan inspirasi pada pembaca dan pendengarnya. Kedua, Manfaat
prediktif . bagaimanpun isinya dapat memberikan pandangan-pandangan dalam rangka
memprediksi kehidupan dimasa yang akan datang.
Perodisasi sejarah peradaban Islam itu secara garis besar bisa
dikatakan hanya memiliki tiga ketegori yaitu: Periode Kategori klasik
antar tahun 570 sampai 661 M yakni pada masa Nabi Muhammad SAW dan Masa empat
Khalifah, Abu Bakar, Umar, Utsam dan Ali bin Abi Thalib. Periode Kategori Pertengahan Diantara tahun 661 sampai 1922 M, yakni Pada Masa Dinasti Islam pertama yaitu Dinasti Ummaiyah,
Abbasiyah dan Dinasti Utsmaniyah. Kemudian. Periode Kategori Modern. dimulai
sejak tahun 1342H atau 1922M. adalah sejak kejatuhan Dinasti terakhir
islam yaitu Turki Utsmani sampai pada hari ini.
Sumber Tertulis Peradaban Islam Periode Kategori klasik (570-661 M)
yaitu al-Qur’an. Kemudian Sumber Tertulis Peradaban Islam Kategori Pertengahan
(661-1922 M) yaitu: Kitab-Kitab Hadis, Kitab al-Qanun
fi at-Tibb, Kitab Al Jabru wal Mukabala, Kitab Al Zij, Kitab Al-Rujari dan
Uzhat al-Mushtaq fi Ikhtiraq al-Afaq, Kitab al-Buldan, Kitab Al Ahkaam Al
Shultoniyah, Kitab Al-Jami Baim Al-Ilm wal Amal Al-Nafi Fi Sinat’at Al Hiyal, Kitab
Al Hikmah Al Falsafiyah, Kitab Ihya Ulumuddin, Kitab al-Muqaddimah. Selanjutnya
Sumber Tertulis Peradaban Islam Kategori Modern (1922-Sekarang). Yaitu: Kitab Risale-i
Nur, Penelitian di Bidang Fisika.
B.
Saran-Saran
Dengan
ilmu Sejarah manusia mampu menerawang tentang kejadian masa lampau sehingga
dapat memetik sagala manfaat dari kejadian tersebut di masa yang akan datang
selain itu juga bisa di jadikan sebagai salah satu seni menulis yang mampu
membangkitkan semangat para pembacanya. Semoga pembaca seklalian dengan
disajikanya makalah singkat ini sekiranya bisa menjadi tangga awan untuk
melanjutkan penulisan tentang peradaban Islam Yang lebih dalam dan lengkap.
Periodisasi
peradaban Islam memang secara garis besar dikelompokkan menjadi tiga. Namaun,
kedepan bagi peneliti sekiranya lebih mempokuskan kepada sisi peride terakhhir
karena sumber yang terkahir ini nampak seditk saja padahal sesungguhnya
sangatlah banyak sumber-sumber tertulis yang bisa ditampilkan sebagai sumber.
Sumber-sumber
sejarah peradaban islam terutama yang berbentuk kitabah atau tulisan banyak
yang sekarang tinggal namanya saja tapi bukunya entah kemana sekarang sehingga
kiranya generasi kedapan berusaha sekuat tenaga untuk bisa mencari dan
mendapatkannya supaya kaum muslimin didunia bisa secara seksama membaca serta
memahami sekaligus bisa pula mnegamalkannya secara baik.
DAFTAR PUSTAKA
al-Qur’an
Al-Usairy, Ahmad, Sejarah Islam Zaman Nabi Adam Hingga
Abad XX, (terj dari At-Tarikh Al-Islami), cetakan keempat, Jakarta:
Akbar, 2006.
Amal, Taufik Adnan, Rekonstruksi
Sejarah Al-Qur’an, Cet. I., Yogyakarta: Penerbit Forum Kajian Budaya
dan Agama, 2001.
Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2010.
Asy-Syarafa, Ismail, Ensiklopedi Filsafat, Cet. 1, Jakarta
Timur: Khalifa Pustaka Al-Kautsar Grup,
2005.
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam, Jakarta: PT Logos
Wacana Ilmur, 2002.
Azhari, Susiknan, Ensiklopedi
Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Dehsen, Christian Von, Philosophers and Religious Leaders: Volume
2 dari Lives and Legacies, tp:
Greenwood Publishing Group, 1999.
Esha, Muhammad In’am, Percikan
filsafat sejarah dan peradaban islam, Malang: UIN-Maliki Press, 2011.
Frederick, William H. dan Soeri Soeroto, Pemahaman Sejarah
Indonesia: Sebelum dan Sesudah Revolusi,
Jakarta: LP3ES, 1982.
Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah , Jakarta: UI
Press, 1986.
Gazalba, Sidi, Pengantar
Sejarah Sebagai Ilmu, Jakarta: Bharat, 1996.
Hermawan dan Jitet
Koestana Al-Ghazali, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia ,1997.
Koentjaraningrat, Pengantar
Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.
Khaldun, Ibn, al-Muqaddimah,
Kairo,
1960.
Mohaini, Mohame, Matematikawan
Muslim Terkemuka, Jakarta: Salemba Teknika, 1991.
Nasution, Harun Pembaharuandalam
Islam: SejarahPemikirandan Gerakan, Jakarta:
Bulan Bintang, 1975.
Nasution, Harun, Islam
Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I. Cet. Ke-5, Jakarta: UI Press, 1985.
Nursi, Badiuzzaman Said, dari
koleksi Risalah nur: al-Kalimat, Jilid 1, Anatolia: Prenada Media Grup,
2011.
Qodratillah, Meity Taqdir, Kamus Bahasa Indonesia untuk pelajar, Jakarta:
BPPB Kemendikbud RI, 2011.
Riberio, Darcy, The Civilization Process,
Washington, 1968.
Redaksi, Dewan, Ensiklopedi Islam, jilid 1, Jakarta: PT.Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994.
Syukur, Fatah, Sejarah
Peradaban Islam, Semarang: PT. Pustaka Rizki
Putra, 2012.
Syoeod, Yoesoef, Kekuasaan
Islam di Andalusia, Jakarta: Penerbit Maju, 1984.
Toynbee, Arnold, Theories of Society, New York: The Free
Press, 1965.
UNESCO, Sumbangan Islam Kepada Ilmu Dan Kebudayaan,
ter, Bandung : tp, 1986.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 1999.
Zhiddiqie, Nourouzzman, Pengantar Sejarah Muslim, Yogyakarta:
Nur cahaya, 1983.
[1] al-Qur’an
surat al-Hujuraat ayat 13.
[2] al-Qur’an
surat Ali Imran ayat 140.
[3]William
H. Frederick dan Soeri Soeroto, Pemahaman Sejarah Indonesia, Sebelum
dan Sesudah Revolusi, (Jakarta: LP3ES, 1982), hlm. 23.
[4]Louis
Gottschalk, Mengerti Sejarah (Jakarta: UI Press, 1986),
hlm. 27.
[5]
Badri
yatim , Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 1999), hlm. 1.
[6]Sidi
Gazalba, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu (Jakarta: Bharat,
1996), hlm. 11.
[7]Meity Taqdir
Qodratillah, Kamus Bahasa Indonesia untuk
pelajar (Jakarta: BPPB Kemendikbud RI, 2011) hlm. 479.
[8]Arnold
Toynbee, Theories of Society (New
York: The Free Press, 1965), hlm. 1355.
[10]
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta,
1990), hlm. 182.
[11]
Azyumardi
Azra, Pendidikan Islam ( Jakarta: PT Logos Wacana Ilmur, 2002),
hlm. 30.
[12] Ibn
Khaldun, al-Muqaddimah, (Kairo,
1960) , hlm. 211.
[13] al-Qur’an
surat Ali Imran ayat 140.
[14] Darcy Riberio, The Civilization Process
(Washington, 1968), hlm. 19.
[15]
Badri
yatim , Sejarah Peradaban Islam ,…hlm. 2-5.
[16]
al-Qur’an surat Yusuf Ayat 111
[17]Harun
Nasution, Pembaharuandalam Islam: SejarahPemikirandan Gerakan (Jakarta:
Bulan Bintang, 1975), hlm. 11.
[18]
Muhammad
In’am Esha, Percikan filsafat sejarah dan peradaban islam (Malang: UIN-Maliki
Press, 2011), hlm. 33-35.
[21]
Nourouzzman
Zhiddiqie, Pengantar Sejarah Muslim ( Yogyakarta: Nur cahaya, 1983), hlm. 65.
[22]Ahmad
Al-Usairy, Sejarah Islam Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (terj dari
At-Tarikh Al-Islami), cetakan keempat (Jakarta: Akbar, 2006), hlm. 4-8.
[23]Harun
Nasution. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I. Cet. Ke-5
(Jakarta: UI Press, 1985), hlm. 100.
[24]Makalah ini yang berjudul “Sumber-Sumber Pearadaban
Islam” dibuat sebagai tugas dari matakuliah sejarah peradaban islam pada program Pascasarjana UIN ar-Raniry
Banda Aceh Tahun 2015/2016. Judul ini
dibagi menjadi dua sehingga saya (Masril,
ZA) hanya membahas satu sumber saja yaitu sumber tulisan sedangkan
sumber yang liannya di bahas oleh saudara Mahfuz, Lc.
[25]Taufik
Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, Cet. I.
(Yogyakarta: Penerbit Forum Kajian Budaya dan Agama, 2001), hlm. 151.
[26]
al-Qur’an surat al-Hasyr ayat 7
[27] Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (Jakarta: Departemen Agama RI, 2008), hlm.
546.
[29]Diperkirakan karyanya antara 100 sampai 250 buah judul.
Lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sina (diakses pada
tanggal 03/02/2016) pukul 11:16
[30]
Dewan
redaksi, Ensiklopedi Islam, jilid
1, (Jakarta: PT.Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), hlm. 167.
[31]DR.
Ismail Asy-Syarafa, Ensiklopedi
Filsafat, Cet. 1 (Jakarta Timur: Khalifa Pustaka Al-Kautsar Grup, 2005), hlm. 11.
[32]Mohamed
Mohaini, Matematikawan Muslim Terkemuka (Jakarta: Salemba Teknika,
1991), hlm. 16-41.
[33]UNESCO, Sumbangan
Islam Kepada Ilmu Dan Kebudayaan, ter
(Bandung : tp, 1986), hlm. 177.
[34]Susiknan
Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 18.
[35] Majalah HIKAYAH edisi 06 Shafar 1424 H
[36]
Yoesoef
Syoeod, Kekuasaan Islam di Andalusia (Jakarta: Penerbit Maju,
1984), hlm. 1.
[37]
Christian Von Dehsen, Philosophers
and Religious Leaders: Volume 2 dari Lives and Legacies, (tp: Greenwood
Publishing Group, 1999), hlm. 75.
[38]
Hermawan dan Jitet Koestana Al-Ghazali (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia
,1997), hlm. vii.
[39]Badiuzzaman
Said Nursi, dari koleksi Risalah nur: al-Kalimat, Jilid 1 (Anatolia:
Prenada Media Grup, 2011), hlm. Vii-Xi.