AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Pengantar Antropologi Agama
RESUME
BUKU KARANGAN BUSTANUDDIN AGUS
Judul : AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA Pengantar Antropologi Agama
Penulis : Prof. Bustanuddin Agus,
Tahun: 2006
Tempat: Jakarta
Penerbit : Raja Grafindo Persada.
OLEH
MASRIL
PENGANTAR[1]
Fenomena
beragama dalam kehidupan manusia adalah fenomena yang universal, unik, dan
masih penuh misteri, sekalipun hanya percaya kepada hal yang gaib, sakral, atau
melakukan ritual, Mengalami kehidupan transendental[2].
Ekpresi relegius telah ada dikalangan masyarakat primitif maupun modern. dalam
masyarakat primitif, kehidupan agama merupakan sistem sosial budaya; sedangkan
dalam masyarakat modern, kehidupan agama hanyalah salah satu aspek saja dari
kehidupan sehari-hari. Sungguhpun demikian, tidak ada aspek kebudyaan lain
selain agama yang pengaruh dan
implikasinya sangat luas terhadap kehidupan manusia. Tidak mengherankan kalau
dikatakan agama mewarnai dan membentuk suatu budaya.
Antropologi mempelajarai manusia dan budayaanya. Antropologi
bertujuan memahami objek yang dikaji secara totalitas, dari masa lalu yang
lebih awal dari kehidupan manusia sampai sekarang, memahami manusia sebagai
eksistensi biologis dan kultural. Antropologi mencoba menyikap asal-usul, perkembangan,
perubahan, saling hubungan, fungsi dan arti dari fenomena manusia. Dengan
demikian, budaya dipandang sebagai kata kunci untuk memahami perilaku manusia.
Oleh karena itu, kajian antropologi terhadap agama juga harus bersifat
universal, empirik, perbandaingan dan objektif (universality, empiricism,
comparison, objectivity). (Malefijt 1963:1-4, Beals, Hoijer dan beals
1977:1-22, Koentjaraninggrat 2000:1-48).
Manusia dan masyarakat tidak bisa hidup hanya mengandalkan
fisik dan otaknya saja tapi keyakinan dan rohani perlu mendapatkan tempat yang
baik. Penulis buku menawarkan kepada pembaca bahwa Buku ini melakukan
pendekatan “Antropologi relegius”
yakni mengkaji Fenomena budaya yang sejalan dengan Agama itu sendiri bukan “Antrophology of Religion” yang banyak dilakukan para
peneliti Budaya yakni memahami fenomena Budaya itu dari sisi yang bertentangan
dengan agama.
A.
Defenisi Agama
Dalam hal ini
Defenisi dan Teori berbeda satu sama lain. Defenisi hanya menjelaskan sesuatu
yang didefenisikan tanpa mengkaitkan dengan yang lain sedangkan teori adalah menjelaskan
hubungan sebab akibat, pengaruh mempengaruhi atau hubungan antar variabel terkait (dependen)
dengan variabel bebas (independen) dibawah ini akan dijelaskan defenisi dari
Agama.
Defenisi Agama
menurut Para Ahli.
1. Edwar
Burnet Tylor (1832-1917)
Tylor
adalah orang Inggris yang ahli Folklor, sastra dan peradaban yunani dan romawi
klasik. Pendapatnya mengenai agama adalah sebagai kepercayaan kepada adanya ruh
gaib yang berpikir, bertindak dan merasakan sama dengan manusia.
2. Lucien
Levy-Bruhl (1857-1945)
Levy-Bruhl
ahli sejarah dan filsafat dari Prancis berpendapat bahwa agama adalah pandangan
dan jalan hidup primitif. Agama, sebagaimana halnya magi, tidak logis dan tidak
rasional. Sehingga agama tidak akan pernah mampu mengantarkan kehidupan kepada
kemajuan.
3. James
George Frazer (1854-1941)
George
Frazer pengagum sekaligus murid Tylor berasal dari Skotlandia. Perpendapat
bahwa agama adalah ketergantungan atau kepercayaan kepada kekuatan Supernatural.
4. Radcliffe-Brown
(18881-1955)
Agama adalah ekspresi dalam satu atau lain
bentuk tentang kesadaran terhadap ketergantungan kepada suatu kekuatan di luar
diri kita yang dapat dinamakan dengan kekuatan spiritual atau moral.
5. Mircea
Eliade (1907-1986)
Agama
adalah sesuatu yang Independen dan otonomi, tidak bisa dipengaruhi oleh bidang
apapun sekalipun itu ada hubungannya dengan kepercayaa.
6. Edwar
E.E. Evan-Pritchard (1902-1972)
Ahli
Antropologi kebangsaan Inggris dan seorang anak pendeta dia perpendapat agama
adalah suatu pandangan hidup yang dijalani oleh setiap orang yang bersifat
mistis atau ruh sehingga seseorang bisa selamat didunia dan akhirat.
7. Clifford
Geertz (Lahir 1926)
Ahli
Antropologi kebangsaan Amerika yang banyak mengetahui tentang Islam di Indonesia. Geertz mendukung
pendekatan fenomenologis[3]
dalam mengkaji agama dan kebudayaan. Ia mendefenisikan Agama adalah sesuatu
yang mendatangkan suasana hati yang mantap dan motivasi yang kuat serta
bertahan lama untuk mencapai tujuan hidupnya.
B. Agama dan Tantangan Kehidupan
B. Agama dan Tantangan Kehidupan
Manusia
hidup dihadapkan kepada tantangan dan bahaya. Tantangan dan bahaya itu bisa
datang dari alam sekitar dan dapat pula datang dari manusia lain. Tantangan
dari alam sekitar seperti musim dingin dan musim panas, binatang buas, hama
tanaman, topan dan badai, kekeringan, banjir, gempa bumi, tanah longsor dan
lain sebagainya. Tantangan dari manusia lain, seperti perebutan kekayaan sumber
daya alam yang terbatas, ancaman dan intimidasi, fitnah, iri hati dari oarang
lain sampai pembunuhan dan peperangan serta penyakit. Pada masyarakat primitif
secara umum kematian dan dan penyakit adalah sebagai tantangan kehidupan yang
dianggap paling besar. Disisi lain bagi masyarakat modern tantangan paling
besar itu adalah kecelakaan karena pamakaian alat-alat indutri dan beberpa bencana
alam. Bertikut ini akan di jelaskan dengan baik bagaimana kiat-kiat yang diajarkan
oleh agama dalam menghadapi kegagalan, meghadapi penyakit, menghadapi bencana
alam, menghadapai kematian dan menghadapi tindakan kejahatan.
1. Agama
dan Kegagalan
Untuk
mengawali pembahasan ini mari kita memahami terlebih dahulu bagaimana yang
dimaksud dengan kegagalan. Istilah kegagalan dipakaikan kepada tidak
tercapainya apa yang ingin dicapai oleh seseorang atau sekelompok manusia.
Masyarakat
primitif dan masyarakat beragama tidak mengantungkan nasibnya kepada usaha dan
kekuatanya sendiri semata. Ada kekuatan lain diluar diri dan alam semesta ini
yang berkuasa dan menentukan.
Dalam
kepercayaan agama keharingan suku dayak ada kekuatan gaib yang dinamakan Raja
sial yang mendatangkan kesialan dan raja Hantuen yang merupakan sumber
kerusuhan yang menggangu dan merusak manusia. Untuk mengatasinya maka harus
ditingkatkan penyembahan dan sesajen. Lain halnya dengan agama Hindu dalam
mengatasi kegagalan terutama mengenai kegagalan yang disebabkan oleh manusia
karena ada hukum karma pala. Cepat
atau lambat yang berbuat jahat akan mendapatkan balasanya.bahkan sampai matipun
mereka akan mesarakan bentuk dari reinkarnasi yang lebih hina.
Dalam
agama suku nuer di Sudan untuk mengatasi kegagalan dengan cara memperkuat ilmu
sihir karena dengan kuatnya ilmu sihir maka kegagalan tidak akan bisa datang
pada diri kita dan keluarga.
Kemudain
dalam Islam kegagalan dipahami dengan dua sisi. Pertama: kegagalan dianggap sebagai kemarahan dan teguran tuhan. Kedua: diyakini sebagai cobaan dari
tuhan untuk mrnguji tingkat keiman sesorang. Namun, tidak cukup sampai disitu
karena didalam Agama Islam ada banyak Mazhab atau sekte maka dalam hal ini
berbeda pula pandangan mereka terhadap kegagalan tersebut. Seperti paham Jabariah. Mengajarkan bahwa apapun yang
terjadi pada manusia adalah takdir dan ketentuan tuhan belaka. Sebaliknya, Qadariah memberikan pemahaman bahwa
segala kegagalan adalah konsekuensi dari kepatuhan mereka terhadap sunnatullah
yakni hukum alam dan hukum kehidupan. Aliran
salafi percaya sepenuhnya kepada apa yang terjadi adalah ketentuan dari
Allah tetapi manusia harus berusaha dengan maksimal.
2. Agama
dan Penyakit
Penyakit
adalah penderitaan yang hampir dialami oleh semua manusia. Ada penyakit yang
diderita dalam waktu panjang adapula dalam waktu singkat. Pendekatan ilmiah mengenai
penyakit dilakukan dengan menggaju kepada kamajuan teknologi kedokteran dan
ilmu pengetahuan, diagnosa penyakit, operasi dan alat-alat pengobatan.
Budaya
Primitif memahami penyakit yang diderita karena pengaruh ruh jahat karena
kemurkaan ruh atau kemurkaan dewa tertentu. Oleh karena itu perlua ada
pemangkalnya yakni dukun (orang pintar/shaman)
atau memberikan tumbal atau sesajean yang taklupa pula dengan diiringi jampi-jampi.
Penyakit yang disebabkan karena gangguan ruh adakalnya karena: Pertama. Disebabkan perilaku. sahalat
sipelaku sendiri seperti memasuki tempat terlarang. Kedua. Disebabkan karena orang lain yang tidak senang kepadanya
kemudian orang tersebut mengunakan ilmu magi untuk menyihir orang tersebut. Ketiga: Serangan dari ruh jahat itu
sendiri.
Dalam
ajaran islam mengajarkan kiat menghadapi penyakit degan kepercayaan Allah sebagai
yang menyembuhkan sehingga perlu berdoa dan yakin kepada bantuan-Nya.
Melaksanakan shalat dalam waktu yang telah ditentukan. Puasa dan ibadah lainnya
juga berpengaruh dalam menigkatkan kesehatan. Shalat Tahajjud juga dapat
meningkatatkan ketahanan tubuh ini dapat dibuktikan oleh penelitian ilmiah[4].
Dan juga dapat meningkatkan Induvidu dalam menanggulangi masalah yang dihadapi.
Perspektif ahli Atropologi berpandangan keseluruhan ajaran dan sistem budaya
beliau berpengaruh positif dalam menunjang kesehatan.
3. Agama
dan Bahaya
Bahaya
dan musibah bisa saja datang secara tiba-tiba, kebakaran, banjir, tanah
longsor, gempa bumi, gunung meletus, tabrakan mobil, jatuh pesawat dan lain
sebagainya.
Agama
dan budaya primitif tetap menghubungkan semua bahaya dan musibah yang dialami
manusia dengan kekuasaan supranatural. Ajaran dalam gama Hindu menjarkan adanya
dewa perusak dalam tiga dewa utama, yaitu dewa Syiwa. Dalam agama Budha bencana
alam adalah hal yang biasa dan akibat dari kerakusan manusia dan keegoisan manusia
karena alam juga selalu berubah (dhukkha) atau tidak kekal juga berlakunya
hukum sebab akibat. Dengan adanya musibah dan bahaya ini maka diharapkan
umatnya mampun membersihkan jiwa (Atman).
Dalam
bangsa Iran sebelum Islam, Zoroaster, percaya kedalam dualisme tuhan baik dan
tuhan jahat atau tuhan cahaya dan tuhan kegelapan. Pandangan Kong Hu Chu bahwa
alam dibangun atas moral. jika moral masyarakat telah rusak akan muncul pula
kerusakan dalam tatanan alam maka datanglah bahaya dan musibah yang tidak disangka-sangka
sebelumnya. Kemudian agama pada suku Neur di Afrika memahami musibah yang besar
sampai pada kematian yang menimpa mereka bahwa tuhan Kwoth Nhial mengambil
kembali miliknya.
Dalam
islam dengan didasari iman kepada Allah bahwa segala sesuatu apapun yang
terjadi ada hikmahnya karena semua yang terjadi harus sesuai dengan Izin Allah
dan sesuai dengan ketentuanya. Secara luas Adapula yang memaknainya sebagai
peringatan tuhan dan hukum-Nya terhadap dosa dan kedurhakaan yang dilakukan
umat seperti diungkapkan dalam kisah Nabi Nuh, Luth dan nabi musa dengan
kaumnya yang terdapat didalam al-Qur’an. Bagi orang yang beriman masa depan
ditatap dengan penuh optimis karena Allah Mahatahu dengan tekad dan perjuangan
hamba-Nya dan Dia Mahaadil yang membantu hambanya yang sunguh-sunguh. Karena
kalau ajal datang, tidak dapat dimajukan dan dimundurkan sedetik pun.
4. Agama
dan Kematian
Kematian
pasti akan dialami oleh semua makhluk hidup. Setiap agama memberikan ajaran
bagaimana memahami kematian dan menghadapinya.
Bangsa
Primitif memahami kematian juga berbeda satu sama lain. Mereka melakukan
semacam ritual dalam rangka kematian. Mereka mengkaitkan kematian dengan
pembalasan kehidupan di dunia atau kehidupan sebelumnya. kecendrunganya
terdapat dua hal mengenai kematian ini bagi bangsa primitif yaitu: Pertama: ruh orang yang telah meninggal
betul-betul meniggalkan masyarakat tempat dia hidup selama ini. Kedua: Kepercayaan bahwa ruh orang yang
meninggal tetap aktif dalam kehidupan karib kerabat dan masyarakat selama ini
dimana dia tinggal.
Dalam
agama Hindu memahami kematian adalah proses yang di lalui oleh ruh manusia
dalam perjalanan reinkarnasinya. Setelah mati dia akan bereinkarnasi sesuai
dengan apa yang dilakukan selama didunia, jika baik yang dia lakukan dunia maka
dia akan diciptakan dengan bentuk dan dimensi yang lebih baik dan berlaku pula
sebalikya, maka dia akan dihidupkan kembali dengan bentuk yang lebih hina dari
sebelumya. Akhirnya jasad si mayat akar dibakar dan abunya dilemparkan kedalam
laut untuk memulai reinkarnasi hingga kehidupan abadi.
Agama
samawi mengajarkan manusia bahwa mati adalah ketika ruh dan jasadnya sesorang telah
berpisah. Orang yang mati tidak dapat kembali kekehidupan dunia. Kematian adalah
salah satu dari lima alam yang harus dilewati oleh manusia dengan Surga dan
neraga menunggu manusia sebagai balasan atas segala perbuatan yang dia lakukan
didunia walaupun memanng ini kan terjadi setelah datang nya hari kiamat.
Peringatan
(Haul) kematian dalam jangka waktu tertentu, seperti tujuh hari, empat puluh
hari dan seratus hari dari kematian adalah berhubungan dengan penataan
masyarakat dalam ekonomi.
Lain
halnya dengan pandangan kalangan wahabi mengenai kematian di Arab Saudi. Segala
bangunan dan upacara berlebihan terhadap mayat, walaupun mayat pemimpin, mereka
berantas dengan keras. Kuburan para sahabat nabi di Mekkah dan Madinah tidak
ada yang dibagun. Batu nisanya tidak tertulis tentang siapa yang dimakamkan di
setiap kuburan.
5. Agama
dan Tindak Kriminal
Kriminalitas menurut bahasa adalah sama
dengan kejahatan (pelanggaran yang dapat dihukum) yaitu perkara kejahatan yang dapat dihukum menurut Undang-Undang. Sedangkan
pengertian kriminalitas menurut istilah diartikan sebagai suatu kejahatan yang
tergolong dalam pelanggaran hukum positif (hukum yang berlaku dalam suatu
negara)[5].
Kejahatan selalu dihadapi oleh manusia baik
secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. di Indonesia sendiri kejahatan
korupsi termasuk tinggi di dunia.
Marxisme dan Thomas Hobbes memandang manusia
punya pembawaan jahat. Supaya pembawaan jahat itu tidak membahayakan orang lain maka negara harus
mengatur tindakan dan kreativitas manusia.
Agama primitif mangajarkan berbagai taboo[6]
dan aturan yang harus dipatuhi dalam kehidupan sehari-hari . pelanggaran
terhadap hal taboo ini dikaitkan
dengan kehendak dan sanksi supranatural. Maka dengan aliran kebatinan dan budi
luhur serta moral sebagai peangkalnya.
Agama Kong Hu Chu dan agama Budha lebih
merupakan kumpulan ajaran moral dari pada ajaran kepada tuhan. Dalam Agama
Hindu mengajarkan norma moral dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan
mengkaitkan pelanggaranya dengan sanksi Karma
Pala dan Reinkarnasi.
Agama samawi seperti Yahudi lebih menonjolkan
aspek moral dan hukumnya dari pada aspek spiritual. Agama Kristen sebaliknya
lebih menonjolkan aspek spiritualnya dalam menanamkan nilai moral. sedangkan
Agama islam secara komplek mengajarkan akhlak terhadap diri sendiri, terhadap
orang lain terhadap Flora dan Fauna serta akhlak terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Aspek akhlak dalam islam di kongkretkan menjadi Hukum seperti Hukum Jinayah. Sehingga pelanggarnya
tidak hanya terdapat dosa dan masuk neraka di akhirat nanti tapi didunia juga
akan dihukum dengan hukum islam yang sesuai dengan al-Qur’an dan Hadist.
PENUTUP
Secara
Rasional Bahaya, ancaman, kegagalan, kematian dan lain sebagainya adalah sesuatu yang akan terjadi dalam
kehidupan manusia. Walaupun memang banyak hal yang terjadi dalam dunia ini
masih misteri penyebabnya tapi ini adalah mengenai keterbatasan ilmu yang dimiliki
oleh manusia dalam menyikap tabir dari kejadi tersebut. Seperti ilmu
pengetahuan ilmiah itu sangat dekat dengan hukum relatif karena bisa jadi saat ini itu benar
tapi dimasa yang akan datang itu salah. Hanya Allah yang mutlak.
Dalam Islam ketika usaha sudah maksimal
dilakukan, seorang muslim akan memiliki ketahanan yang kuat atas apa yang akan
terjadi setelahnya karena hanya ada satu yang mutlak menentukan apapun yang akan
terjadi di dunia ini yaitu Allah swt. Kedudukan atau jabatan dimaknai sebagai
cobaan yang diberikan oleh Allah sehingga mejadikanya lebih hati-hati sehingga
tidak menyebabkannya sombong dengan trus manatap masa depan penuh dengan
optimisme.
Adapun ajaran agama yang melemparkan tanggung
jawab kepada orang alain atau ruh atau makhluk halus walaupun memang berfungsi
untuk menanggulangi stres tapi tidak lah mamapu untuk mendorong jalannya roda
pembangunan dengan segenap aspeknya.
Selain persoalan bagaimana memahami bahaya,
kegagalan dan kematian, masalah lian yakni bagaimana menekan tingkat kejahatan
juga sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Kriminalitas adalah ancaman
yang mengorbankan anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kekuatan moral
dan hukum harus ditunjang dengan pendekatan keyakinan kepada tuhan dan aspek
spiritualias.
[1]Penulis buku AGAMA
DALAM KEHIDUPAN MANUSIA Pengantar Antropologi Agama adalah Bustanuddin
Agus, bukunya Diterbitkan pada tahun 2006 di Jakarta oleh PT: Raja Grafindo
Persada. Penulis Buku ini Adalah Guru besar dalam bidang Sosiologi agama
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Andalas Padang.
[2]Transendental secara harafiah dapat diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan transenden atau sesuatu yang melampaui pemahaman terhadap pengalaman biasa dan penjelasan ilmiah. Hal-hal yang transenden
bertentangan dengan dunia material. Dalam pengertian tersebut, filsafat transendental dapat
disamakan dengan metafisika. Bahkan Immanuel Kant menggunakan kata
transendental ketika menyebut transendental aplikasi prinsip dasar dari
pemahaman murni yang melampaui atau mengatasi batas-batas pengalaman. Dalam skolatisme, transendental bersifat superkategoris. Dikatakan seperti itu karena cakupan hal
transendental lebih luas daripada kategori-kategori tradisional dari filsafat
skolastik yaitu forma atau bentuk dan materi, aksi, potensi, dsb.Hal-hal transendental mengungkapkan ciri universal dan adiinderawi dari yang
ada. Tanda-tanda tersebut ditangkap melalui intuisi yang mendahului pengalaman
apapun. Dalam filsafat neo-skolastik, transendenmenunjukkan eksistensi yang mengatasi kegiatan berpikir, kesadaran, dan dunia. Sedangkan kata
transendental menunjuk konsep yang karena sifatnya universal melampaui
kategori-kategori atau tidak dapat diperas ke dalam satu kategori saja. Konsep eksiten itu sendiri dan konsep
mengenai atribut hakiki yang termasuk eksisten disebut sebagai transendental. (Pe-resume).
[3]Suatu pendekatan yang dilakukan
oleh seorang peneliti terhadap suatu permasalahan dengan melihat pada
permasalahan-permasalahan yang muncul pada saat itu dengan tidak melihat
substansi dari suatu permasalah yang sedang berlangsung.
[4] Hasil penelitian Muhammad Sholeh
yang berjudul “penggaruh shalat Tahajjud terhadap peningkatan perubahan
response ketahanan tubuh imunologik: suatu pendekatan Psiko-neuro Imunologi”
pada tahun 2001 yang diterbitkan oleh pustaka pelajar di Yogyakarta.
[5] Dalam hal ini karena tidak
terdapat pengertian kriminal secara rinci dalam buku maka pe-resume yang
membuat defenisinya sesuai dengan: https://id.wikipedia.org/wiki/Pidana diakses pada tanggal 8 Desember 2015
Pukul, 11:22.
[6]Taboo/Tabu atau pantangan adalah suatu pelarangan sosial yang kuat terhadap kata,
benda, tindakan, atau orang yang dianggap tidak diinginkan oleh suatu kelompok,
budaya, atau masyaraka. https://id.wikipedia.org/wiki/Tabu diakses pada tanggal 8 Desember 2015 Pukul, 11:24.